Kamis, 22 Mei 2008

KEARIFAN LOKAL DALAM MELESTARIKAN SUMBER AIR DAN HUTAN

Oleh : Mahfud
Guru Biologi SMP YPPI - 2 Surabaya

1. Rasional

Jaman dahulu para petani di pulau Jawa, Bali dan pulau – pulau lain di tanah air, punya cara tersendiri dalam melestarikan sumber air dan hutan. Menurut catatan sejarah.Pulau Jawa dahulu dapat mengekspor beras dan hasil panen lainnya ke negara lain, misalnya Siam, Cempa, Hindustan (Pakistan) dan Tiongkok (RRC). Bahkan, di jaman penjajahan (Belanda dan Jepang), hasil panen pulau Jawa bisa memberi penghidupan negara yang menjajah ( Siegfried Tedja, 2006 : 3 ).

Seiring dengan perkembangan jaman, keadaan di pedesaanpun juga berubah, banyak jenis tanaman dan hewan yang dahulu banyak saat ini telah punah. Bersamaan dengan hilangnya keanekaragaman flora dan fauna tersebut, banyak tata cara yang baik dalam melestarikan alampun ikut hilang. Berdasarkan hal di atas, maka pada hari Minggu – Rabu, 23 – 26 Juli 2006, Lembaga Lingkungan Hidup “Pring Woeloeng” yang bekerjasama dengan ESP – USAID (Environmental Services Program – United States Agency International Development), menyelenggarakan lokakarya tentang “ Cara Melestarikan Sumber Air dan Hutan “ bertempat di Vanda Gardenia Trawas dan Balai Pendidikan dan Latihan PLN Pandaan yang dilanjutkan dengan peninjauan ke lokasi – lokasi sumber mata air di sekitar gunung Penanggungan, Welirang dan Arjuna, sebab dari ketiga gunung inilah asal muasal sumber air mengalir ke sungai – sungai di Jawa Timur termasuk ke kota metropolis Surabaya ini. Lokakarya ini diikuti dari para tokoh masyarakat, pelajar, pendidik, dan para akademisi dari berbagai universitas serta ada tamu undangan dari Singapura, Australia dan Amerika Serikat.

2. Sumber Mata Air

Berdasarkan hasil peninjauan ke lokasi – lokasi sumber mata air selama 2 hari, terdapat 18 sumber mata air yang tersebar di 6 kecamatan dan 3 Kabupaten yang selengkapnya seperti tampak pada tabel di bawah ini :

TABEL LOKASI SUMBER MATA AIR

NO

NAMA SUMBER

DESA

KEC.

KAB.

01.

Jolotundo

Seloliman

Trawas

Mojokerto

02.

Sumb. Macan

Trawas

Trawas

Mojokerto

03.

Tamiajeng

Tamiajeng

Trawas

Mojokerto

04.

Mbeji

Tamiajeng

Trawas

Mojokerto

05.

Njibru

Mbelik

Trawas

Mojokerto

06.

Kedungudi

Sri Gading

Trawas

Mojokerto

07.

Claket

Claket

Pacet

Mojokerto

08.

Kemendung

Penanggungan

Pacet

Mojokerto

09.

Send. Drajat

Penanggungan

Pacet

Mojokerto

10.

Selotapak

Selotapak

Pacet

Mojokerto

11.

Jaten

Selotapak

Pacet

Mojokerto

12.

Banyubiru

Banyubiru

Ranugrati

Pasuruan

13.

Ranugrati

R. Klindungan

Ranugrati

Pasuruan

14.

Pring Wulung

Karangrejo

Purwodadi

Pasuruan

15.

Mbetro

Wonosonyo

Gempol

Pasuruan

16.

Sumber Tetek

Mbelahan

Gempol

Pasuruan

17.

Ken Dedes

Singosari

Singosari

Malang

18.

Sumber Awan

Toyo Marto

Singosari

Malang

Sumber : Hasil Lokakarya, 23 – 26 Juli 2006

Berdasarkan letak geografisnya, ke 18 sumber mata air di atas terletak di sekitar gunung Penanggungan, Welirang dan Arjuna yang pada umumnya di tepi hutan, dekat pemukiman penduduk dan ada pula yang dekat vila, seperti mata air sumber macan di desa Trawas serta ada pula yang menjadi tempat wisata, seperti sumber mata air Ken Dedes, Banyubiru dan Ranugrati. Dari pengamatan penulis selama mengunjungi lokasi sumber mata air tersebut, memang cukup memprihatinkan, terutama mata air sumber macan di desa Trawas, boleh dikatakan “ hidup segan mati tak mau “. Mengapa ? Sebab menurut penuturan tokoh masyarakat setempat, di dekat lokasi sumber mata air tersebut didirikan perusahaan air bersih / air minum yang setiap hari diangkut bertanki – tanki air dibawa ke Surabaya. Oleh sebab itu, wajar saja bila musim kemarau tiba desa – desa di bawah yang letaknya agak jauh dari sumber tersebut mengalami kekurangan air.

Sementara itu, sumber mata air yang masih cukup bagus, misalnya mata air Sumber Awan yang terletak di Desa Toyo Marto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Konon , sumber mata air ini dalam kitab Negarakertagama disebut dengan telaga Kasurangganan yang merupakan tempat persinggahan Prabu Hayam Wuruk pada jaman kejayaan kerajaan Majapahit ( Suwardono,2006 : 16 ) Sedang sumber mata air paling jernih adalah sumber air Jolotundo yang terletak di desa Seloliman (Hasil penelitian UNESCO tahun 2001 terjernih nomor 3 di dunia ). Konon, sumber mata air ini merupakan tempat peristirahatan Prabu Airlangga beserta pengikutnya pada saat kerajaan Prabu Dharmawangsa (Dharmadinasti) diserang pasukan dari kerajaanWurawari, yaitu kerajaan bawahan dari Medang Kamulan yang
bersekutu dengan kerajaan Sriwijaya ( Umasih, 2004 : 29 ).

3. KEARIFAN LOKAL

Pada hari Minggu, 3 September 2006 penulis mendapat kesempatan mengunjungi acara “Bersih Desa” dari desa Claket, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto. Acara “Bersih Desa” tersebut diawali dengan “khataman,” yaitu membaca kitab suci mulai awal sampai akhir yang dilanjutkan dengan acara “Kurban”, yaitu menyembelih sapi lalu dagingnya dibagi ke seluruh warga desa. Pada sore harinya, acara dilanjutkan dengan “Arak-arakan”, yaitu berjalan bersama-sama seluruh warga desa sambil membawa makanan menuju sumber mata air Claket. Setelah sampai pada sumber mata air, diadakan acara “Selamatan” seluruh warga sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas karunia-Nya berupa sumber air sehingga dapat memberi penghidupan seluruh warga yang sehari sebelumnya tempat tersebut dibersihkan terlebih dahulu dan ditanami pohon.Pada malam harinya, acara dilanjutkan dengan hiburan, berupa pertunjukkan kesenian tradisional yang disebut “Ludruk”.

Sementara itu, acara serupa juga digelar di tempat lain tepatnya di desa Kedungmonggo, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang. Pada hari Minggu – Senin, 30 – 31 Maret 2006 acara diawali dengan pertunjukan “ Nyai Putut”, yaitu pertunjukan magis semacam jelangkung dengan perantaraan boneka yang terbuat dari keranjang dan perlengkapan lainnya.Keesokan harinya, diadakan acara “Bersih Desa”. Seluruh warga desa berbondong-bondong menuju sumber mata air yang disebut “Sumber Pucung” sambil membawa sesaji berupa “Nasi Tumpeng”. Sesampai di sumber air tersebut, diadakanlah acara “Do’a Keselamatan” bagi seluruh warga desa. Selanjutnya acara dilanjutkan dengan “Tari Tayub”dan malam harinya diselenggarakan pertunjukkan “Wayang Kulit” semalam suntuk (Kompas, 31 Maret 2006).

4. JENIS TUMBUHAN

Berdasarkan hasil kunjungan ke lokasi-lokasi sumber mata air selama 2 hari (24-25 Juli 2006) penulis mencatat jenis-jenis tumbuhan yang ada di sekitar lokasi sumber air adalah sebagai berikut :

TABEL JENIS TUMBUHAN DI SEKITAR SUMBER AIR

NO

NAMA LOKAL

NAMA ILMIAH

MANFAAT

01.

Beringin

Ficus benyamina

Peneduh

02.

Pohon Lo

Ficus glomerata

Peneduh

03.

Pohon Bulu

Ficus annulata

Peneduh

04.

Gondang

Ficus variegate

Peneduh

05.

Lowing

Ficus hispida

Peneduh

06.

Amplas

Ficus ampelas

Penghalus

07.

Pohon Pule

Plumbago capensis

Jamu

08.

Kemado

Alstonia spolaris

Obat gatal

09.

Bendo

Artocarpus elasticus

Bahan bangunan

10.

Nangka

Artocarpus integra

Buah & bangunan

11.

Keluwih

Artocarpus communis

Sayuran

12.

Kemloko

Phyllanthus emblica

Peneduh

13.

Pohon Trawas

Tetranthera trawas

Jamu & bangunan

14.

Pace ( Kemudu )

Morinda citrifolia

Bahan obat

15.

Pandan

Pandanus tectorius

Pewarna alami

16.

Semangka

Citrulus vulgaris

Buah

17.

Klerak

Sapindus rarak

Bahan pembersih

18.

Pisang

Musa paradisiaca

Buah

19.

Talas

Caladium esculenta

Sayuran

20.

Bambu ori

Bambussa javanica

Bahan bangunan

21.

Asoka

Ixora coccinen

Tanaman hias

22.

Rotan

Calamus javensis

Bahan perabotan

23.

Enceng gondok

Eichornia crassipes

Gulma air

24.

Gayam

Inocarpus edulis

Peneduh

25.

Pinus

Pinus merkussii

Bahan kertas

Sumber : Hasil Lokakarya, 23 – 26 Juli 2006

Berdasarkan hasil diskusi dengan peserta lokakarya, jenis-jenis tanaman di atas selain Pinus ( Pinus merkusii ) semua bermanfaat menyimpan air disamping manfaat yang telah disebutkan di atas. Sebab pada umumnya sumber mata air keluar dari akar tanaman yang telah disebutkan diatas.

5. PENUTUP

Dengan mencermati uraian di atas, maka untuk dapat melestarikan sumber mata air dan hutan kita tidak lepas dari upayamelestarikan kearifan lokal penduduk di sekitar sumber mata air dan hutan serta jenis-jenis tumbuhan yang mampu menyimpan air.Sebab sumber mata air ini merupakan sumber kehidupan bagi semua makhluk hidup di muka bumi ini.

7 komentar:

Anonim mengatakan...

Saya setuju dgn pendapat Mr.Mahfud tentang di perlukannya kearifan dari kita sebagai manusia, dalam mengupayakan kelestarian lingkungan alam, terutama hutan. Kalau hutan gundul, maka akan terjadi musibah banjir. Hutan sangatlah bermanfaat untuk menyimpan air,dan bisa menjadi mata air.Yang akhir2 ini sumber mata air yang bersih sangatlah sulit kita cari.

windy mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
windy mengatakan...

Saya setuju dgn pendapat Mr.Mahfud tentang di perlukannya kearifan dari kita sebagai manusia, dalam mengupayakan kelestarian lingkungan alam, terutama hutan. Kalau hutan gundul, maka akan terjadi musibah banjir. Hutan sangatlah bermanfaat untuk menyimpan air,dan bisa menjadi mata air.Yang akhir2 ini sumber mata air yang bersih sangatlah sulit kita cari.


Windy Widodo
7C/25
SMP YPPI 2

maria alvinna mengatakan...

Pak,menurut saya jika artikel diberi gambar pasti akan lebih mudah dimengerti dan menarik jika dibaca

Novy mengatakan...

saya sangat setuju dengan pendapat pak Mahfud dengan melestarikan lingkungan alam kita akan mendapat banyak keuntungan dari pelestarian tersebut.salah satunya jika kita melestarikan hutan yang ada kiata dapat menambah pelestarian air tanah yang dapat digunakan di kehidupan sehari-hari jika adanya hutan itu menyerap air maka kemungkinan kecil dapat terjadi banjir dan tanah longsor akibat air tidak langsung mengalir.saya juga senang karena pada daftar tumbuhan di beri juga nama ilmiahnya.terima kasih sekian...

Anonim mengatakan...

saya juga sangat setuju dengan pak mahfud. kita harus lbih peduli dan menyayangi lingkungan! natasha azalia, 7D/22

aliman mengatakan...

mohon izin untuk dijadikan bahan rujukan. terima kasih. Saya M. aliman, guru geografi SMAN 15 Padang