Minggu, 19 Juni 2011

BELAJAR DARI FENOMENA ULAT BULU

Oleh :Mahfud

Guru Biologi SMP YPPI – 2 Surabaya

Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang. Oooh ….oooh ….oooh. Begitu kata Ebiet G. Ade dalam lagu Berita Kepada Kawan.Syair lagu Ebiet G. Ade di atas sangat relevan dengan fenomena ulat bulu saat ini. Betapa tidak ? Sebanyak 9 Kecamatan di Kabupaten Probolinggo, yaitu Kecamatan Leces ada 9 desa, Bantaran ada 7 desa, Tegal Siwalan ada 11 desa, Wonomerto ada 11 desa , Sumberasih ada 3 desa, Dringu ada 3 desa, Banyuanyar ada 3 desa, Tongas ada 1 desa, dan Kuripan ada 1 desa dalam 2 pekan ini dikejutkan adanya “serangan” ulat bulu yang menyerang tanaman di tepi-tepi jalan, pohon terutama jenis mangga (Mangifera indica L.)di pekarangan,dinding-dinding rumah dan bahkan adapula yang di ruang kelas, seperti SDN IV Leces, Probolinggo ( Jawa Pos, 2 April 2011 ). Tidak sampai seminggu kota-kota lain juga mendapat serangan serupa seperti Pasuruan, Banyuwangi, Jombang, Tulungagung, Sidoarjo, Mojokerto, Kendal dan bahkan sampai Buleleng, Bali.Pertanyaan yang muncul kemudian adalah ada apa tiba-tiba muncul ulat bulu yang menghebohkan saat ini ? Tulisan ini akan membahas ulat bulu dari sisi ekologis dan pembelajaran karakter di sekolah.

Hikmah Ulat Bulu

Dengan munculnya ulat bulu yang mempunyai nama ilmiah Lymantria marginata ini ada beberapa hikmah yang dapat kita petik sebagai bahan kajian kita bersama, antara lain : 1. Ada yang salah selama ini dalam menangani alam. Kalau kita cermati munculnya hewan yang termasuk ordo ( bangsa ) Lepidoptera ( serangga bersayap sisik ) ini adalah terputusnya rantai makanan ( food chain ) dan jaring-jaring makanan ( food web ). Secara alami, bila ulat bulu makan daun mangga, maka ulat bulu sebagai konsumen I harus ada yang memangsa sebagai konsumen II. Sayangnya saat ini yang bertindak sebagai konsumen II yang menjadi predator ulat bulu jarang ditemukan kalau tidak mau dikatakan langka, seperti burung jalak Jawa(Acridotheres javanicus ), burung kutilang (Pignonotus aurigaster ), burung ciblek (Trinia familiaris), kuntul kerbau (Bubulcus ibis) dan masih banyak lagi. Akibat terputusnya rantai makanan ini inilah maka ulat bulu membludak dan akhirnya mengganggu aktivitas manusia itu sendiri. 2. Pembelajaran Karakter di sekolah. Dengan semakin gencarnya pemberitaan tentang ulat bulu ini dapat digunakan sebagai media pembelajaran karakter di sekolah sebab dalam siklus hidupnya makhluk yang sedang naik daun dan suka makan daun mangga ini mengalami metamorfosis sempurna, dimulai dari telur beberapa hari lalu larva (ulat) antara 2 – 3 minggu, pupa (kepompong) sekitar 2 minggu dan fase terakhir imago (dewasa/ kupu-kupu) selama sekitar 1 bulan.Pada saat fase larva (ulat) inilah karakter ulat sangat rakus, makan terus tidak peduli milik siapa, merusak (destruktif), penampilannya menjijikkan dan bila tersentuh kulit terasa gatal dan panas.Akibat karakter yang demikian ini hampir semua makhluk Tuhan menjauhi dan membencinya, termasuk manusia. Namun, ulat yang berkarakter demikian suatu saat ia insyaf dan bertaubat dan berjanji tidak akan mengulangi (taubatan nashuha). Sebagai konsekuensinya, ia lalu berpuasa tidak makan, tidak minum, bahkan bergerakkan tidak, hanya berdo’a dan berdo’a semoga dosa-dosanya yang telah lalu diampuni oleh Tuhan. Ternyata Tuhan mengabulkan do’a ulat yang telah bertaubat ini dan setelah 2 minggu muncullah kupu-kupu yang indah dan dapat terbang kesana kemari dan membantu penyerbukan tanaman budidaya manusia.Jika ulat dijauhi dan dibenci manusia, maka kupu-kupu justru dicari dan disenangi manusia.Dengan memberikan contoh pembelajaran karakter pada ulat bulu ini kepada siswa di sekolah, logikanya jika makhluk seperti ulat saja bisa bertaubat dan berubah menjadi kupu-kupu yang baik dan berguna, apalagi kita manusia makhluk Tuhan yang paling mulia. Bagaimana menurut anda ?