Rabu, 28 Mei 2008

TUMBUHANPUN MENGERTI KASIH SAYANG


Oleh : Mahfud

Guru Biologi SMP YPPI – 2 Surabaya

1. Rasional

Menyimak kisah kematian pohon – pohon di Metropolis (Jawa Pos, 13 Januari 2006), hati penulis sangat trenyuh. Betapa tidak, pohon beringin (Ficus benyamina) yang sudah berumur puluhan tahun dengan diameter batang setara pelukan 2 orang dewasa yang terletak di tengah – tengah Balai Pemuda Surabaya harus mati hanya gara - gara setiap Kamis malam diberi sesajen dan kemenyan yang dibakar.Di tempat lain, tepatnya di kawasan Gayung Kebonsari, di tepi saluran air sebelah timur, ada sebuah pohon waru (Hibiscus tiliaceus) yang cukup tua ditebang karena posisinya miring ke arah jalan. Di seberang pohon waru tersebut terdapat pohon sono (Pterocarpus indicus) yang tinggi menjulang. Pohon sono itu pun mengalami nasib sama dengan pohon waru karena sering dikepras petugas Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Surabaya sehingga sekarang tinggal batangnya yang mengering seperti tiang listrik.

Sementara itu, menarik untuk disimak adalah hasil pendataan fungsi pohon di jalan utama Kota Surabaya oleh Klub Tunas Hijau pada Mei 2005. Yakni, sebanyak 1.968 pohon digunakan untuk beriklan, 338 pohon dibakar, 466 pohon ditebang, dan 77 pohon digunakan untuk menaungi warung atau rumah (Jawa Pos, 13 Januari 2006). Berdasarkan hal tersebut, timbul pertanyaan, mengapa pohon-pohon itu harus mati ? Pertanyaan berikutnya, bagaimana seharusnya sikap warga kota terhadap pohon-pohon tersebut ? Tulisan ini akan mencoba mengulas permasalahan itu.

2. Salah Persepsi

Contoh nyata salah persepsi sebagian warga kota terhadap keberadaan pohon adalah matinya pohon beringin di Balai Pemuda tersebut. Fungsi pohon yang seharusnya sebagai paru-paru kota, pelindung saat panas terik, dan khusus pohon beringin di Balai Pemuda itu konon juga digunakan sebagai background dadakan bila ada pentas seni karena memang akar gantungnya mempunyai nilai estetika tersendiri, justru disalahartikan dengan cara diberi sesajen dan kemenyan (Jawa Pos, 13 Januari 2006).

Sementara itu, kisah kematian pohon waru dan sono di kawasan Gayung Kebonsari, menurut penulis, lebih bersifat teknis dalam pengeprasan pohon. Seharusnya, setiap pengeprasan pohon tidak seluruh cabang dan dahan dihabiskan agar proses fotosintesis masih dapat berlangsung. Penulis kurang setuju, karena takut tumbang, puluhan pohon di jalan Kertajaya dikepras habis (Jawa Pos, 15 Januari 2006). Menurut penulis, di setiap pohon harus ada keseimbangan (balance) antara akar, batang, dan daun. Bila itu tidak terpenuhi, pohon tersebut minimal bentuknya jelek dan yang paling fatal bisa mati karena terganggunya proses fotosintesis. Lihatlah pohon-pohon sono yang telah mencapai keseimbangan membentuk “terowongan” pohon di jalan Walikota Mustajab, depan Rumah Sakit Darmo, dan jalan Rungkut Industri. Melewati kawasan tersebut seolah-olah kita melewati terowongan pohon yang indah dan sejuk.

3. Kasih Sayang

Untuk menjawab pertanyaan bagaimana seharusnya sikap warga kota terhadap keberadaan pohon-pohon tersebut, ada baiknya kita ikuti penelitian di Amerika Serikat. Ada beberapa ahli yang mengadakan penelitian untuk mendeteksi tumbuhan tertentu dengan menggunakan alat yang mirip multimeter.Apabila seorang penyayang tumbuhan (gardener) mendekat, “emosi” tumbuhan tersebut normal (jarum alat tersebut menunjuk angka nol). Sebaliknya, jika yang mendekat itu adalah orang yang suka usil (suka merusak tumbuhan), “emosi” tumbuhan tersebut naik.Hal itu dapat dilihat dari jarum grafik alat khusus tersebut.

Penelitian serupa juga dilakukan para ahli dari Universitas Claremnot, Perancis. Objek penelitiannya adalah bunga Marigold (Tithonia difersipholia) atau orang Jawa menyebutnya dengan “Kembang Rembulan” yang berwarna kuning keemasan. Pada penelitian tersebut yang dideteksi adalah bagian apical (ujung) tumbuhan tersebut.Pada akhir penelitian tersebut disimpulkan, bahwa tidak hanya manusia dan hewan saja yang mengerti kasih sayang dan daya ingat, namun tumbuhanpun juga demikian (Mahfud,Gema, 1988).

Kitapun sering melihat tumbuhan elite yang selalu dimanja dan disayang oleh pemiliknya.Bahkan, tidak tanggung-tanggung, tumbuhan tersebut mempunyai daya tarik yang luar biasa bagi yang dapat menikmatinya. Karena itu, oleh pemiliknya tumbuhan tersebut sering dipajang di ruang tamu yang sekaligus menjadi kebanggaan tersendiri. Tumbuhan yang dimaksud adalah “bonsai” yang sekarang sedang populer di negara kita. Sebetulnya, jika kita mau berfikir logis, tumbuhan itu secara tidak langsung dirugikan haknya untuk tumbuh menjadi tumbuhan normal. Tetapi, tumbuhan tersebut tidak pernah menggugat ke pengadilan, bahkan sebaliknya dengan dikerdilkan, tumbuhan tersebut justru menunjukkan kebolehannya. Mengapa demikian ? Sebab, dalam mengerdilkan tanaman tersebut, manusia tidak gegabah memotong begitu saja, melainkan diperlukan ketrampilan khusus dan ketekunan dengan penuh kasih sayang. Bahkan, untuk mendapatkan bentuk bonsai yang mempunyai nilai seni tinggi, diperlukan kontemplasi (perenungan) yang mendalam (H.J. Larkin, 1984). Dengan demikian, tidak heran bila tumbuhan tersebut hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu saja. Pernahkah anda memikirkan tumbuhan kerdil itu ? Cobalah perhatikan, ia seolah-olah tersenyum manja kepada kita karena disayangi pemiliknya.

Sebetulnya, tumbuhan itu menurut saja, apakah ia dirawat dengan baik atau dirusak, dipaku untuk iklan, atau dibiarkan saja, ia tidak pernah protes. Hanya orang-orang yang mempunyai kepekaan tinggi sajalah yang mengerti “keluhan dan rintihan” tumbuhan. Karena itu, penulis sangat salut dan angkat topi terhadap gebrakan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya yang menggalakan taman-taman kota dan hutan kota dengan menanam pohon mahoni (Swietenia mahagoni) di tepi-tepi jalan.Semoga.( Pernah dimuat Jawa Pos, 22 Januari 2006 )

Kamis, 22 Mei 2008

KEARIFAN LOKAL DALAM MELESTARIKAN SUMBER AIR DAN HUTAN

Oleh : Mahfud
Guru Biologi SMP YPPI - 2 Surabaya

1. Rasional

Jaman dahulu para petani di pulau Jawa, Bali dan pulau – pulau lain di tanah air, punya cara tersendiri dalam melestarikan sumber air dan hutan. Menurut catatan sejarah.Pulau Jawa dahulu dapat mengekspor beras dan hasil panen lainnya ke negara lain, misalnya Siam, Cempa, Hindustan (Pakistan) dan Tiongkok (RRC). Bahkan, di jaman penjajahan (Belanda dan Jepang), hasil panen pulau Jawa bisa memberi penghidupan negara yang menjajah ( Siegfried Tedja, 2006 : 3 ).

Seiring dengan perkembangan jaman, keadaan di pedesaanpun juga berubah, banyak jenis tanaman dan hewan yang dahulu banyak saat ini telah punah. Bersamaan dengan hilangnya keanekaragaman flora dan fauna tersebut, banyak tata cara yang baik dalam melestarikan alampun ikut hilang. Berdasarkan hal di atas, maka pada hari Minggu – Rabu, 23 – 26 Juli 2006, Lembaga Lingkungan Hidup “Pring Woeloeng” yang bekerjasama dengan ESP – USAID (Environmental Services Program – United States Agency International Development), menyelenggarakan lokakarya tentang “ Cara Melestarikan Sumber Air dan Hutan “ bertempat di Vanda Gardenia Trawas dan Balai Pendidikan dan Latihan PLN Pandaan yang dilanjutkan dengan peninjauan ke lokasi – lokasi sumber mata air di sekitar gunung Penanggungan, Welirang dan Arjuna, sebab dari ketiga gunung inilah asal muasal sumber air mengalir ke sungai – sungai di Jawa Timur termasuk ke kota metropolis Surabaya ini. Lokakarya ini diikuti dari para tokoh masyarakat, pelajar, pendidik, dan para akademisi dari berbagai universitas serta ada tamu undangan dari Singapura, Australia dan Amerika Serikat.

2. Sumber Mata Air

Berdasarkan hasil peninjauan ke lokasi – lokasi sumber mata air selama 2 hari, terdapat 18 sumber mata air yang tersebar di 6 kecamatan dan 3 Kabupaten yang selengkapnya seperti tampak pada tabel di bawah ini :

TABEL LOKASI SUMBER MATA AIR

NO

NAMA SUMBER

DESA

KEC.

KAB.

01.

Jolotundo

Seloliman

Trawas

Mojokerto

02.

Sumb. Macan

Trawas

Trawas

Mojokerto

03.

Tamiajeng

Tamiajeng

Trawas

Mojokerto

04.

Mbeji

Tamiajeng

Trawas

Mojokerto

05.

Njibru

Mbelik

Trawas

Mojokerto

06.

Kedungudi

Sri Gading

Trawas

Mojokerto

07.

Claket

Claket

Pacet

Mojokerto

08.

Kemendung

Penanggungan

Pacet

Mojokerto

09.

Send. Drajat

Penanggungan

Pacet

Mojokerto

10.

Selotapak

Selotapak

Pacet

Mojokerto

11.

Jaten

Selotapak

Pacet

Mojokerto

12.

Banyubiru

Banyubiru

Ranugrati

Pasuruan

13.

Ranugrati

R. Klindungan

Ranugrati

Pasuruan

14.

Pring Wulung

Karangrejo

Purwodadi

Pasuruan

15.

Mbetro

Wonosonyo

Gempol

Pasuruan

16.

Sumber Tetek

Mbelahan

Gempol

Pasuruan

17.

Ken Dedes

Singosari

Singosari

Malang

18.

Sumber Awan

Toyo Marto

Singosari

Malang

Sumber : Hasil Lokakarya, 23 – 26 Juli 2006

Berdasarkan letak geografisnya, ke 18 sumber mata air di atas terletak di sekitar gunung Penanggungan, Welirang dan Arjuna yang pada umumnya di tepi hutan, dekat pemukiman penduduk dan ada pula yang dekat vila, seperti mata air sumber macan di desa Trawas serta ada pula yang menjadi tempat wisata, seperti sumber mata air Ken Dedes, Banyubiru dan Ranugrati. Dari pengamatan penulis selama mengunjungi lokasi sumber mata air tersebut, memang cukup memprihatinkan, terutama mata air sumber macan di desa Trawas, boleh dikatakan “ hidup segan mati tak mau “. Mengapa ? Sebab menurut penuturan tokoh masyarakat setempat, di dekat lokasi sumber mata air tersebut didirikan perusahaan air bersih / air minum yang setiap hari diangkut bertanki – tanki air dibawa ke Surabaya. Oleh sebab itu, wajar saja bila musim kemarau tiba desa – desa di bawah yang letaknya agak jauh dari sumber tersebut mengalami kekurangan air.

Sementara itu, sumber mata air yang masih cukup bagus, misalnya mata air Sumber Awan yang terletak di Desa Toyo Marto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Konon , sumber mata air ini dalam kitab Negarakertagama disebut dengan telaga Kasurangganan yang merupakan tempat persinggahan Prabu Hayam Wuruk pada jaman kejayaan kerajaan Majapahit ( Suwardono,2006 : 16 ) Sedang sumber mata air paling jernih adalah sumber air Jolotundo yang terletak di desa Seloliman (Hasil penelitian UNESCO tahun 2001 terjernih nomor 3 di dunia ). Konon, sumber mata air ini merupakan tempat peristirahatan Prabu Airlangga beserta pengikutnya pada saat kerajaan Prabu Dharmawangsa (Dharmadinasti) diserang pasukan dari kerajaanWurawari, yaitu kerajaan bawahan dari Medang Kamulan yang
bersekutu dengan kerajaan Sriwijaya ( Umasih, 2004 : 29 ).

3. KEARIFAN LOKAL

Pada hari Minggu, 3 September 2006 penulis mendapat kesempatan mengunjungi acara “Bersih Desa” dari desa Claket, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto. Acara “Bersih Desa” tersebut diawali dengan “khataman,” yaitu membaca kitab suci mulai awal sampai akhir yang dilanjutkan dengan acara “Kurban”, yaitu menyembelih sapi lalu dagingnya dibagi ke seluruh warga desa. Pada sore harinya, acara dilanjutkan dengan “Arak-arakan”, yaitu berjalan bersama-sama seluruh warga desa sambil membawa makanan menuju sumber mata air Claket. Setelah sampai pada sumber mata air, diadakan acara “Selamatan” seluruh warga sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas karunia-Nya berupa sumber air sehingga dapat memberi penghidupan seluruh warga yang sehari sebelumnya tempat tersebut dibersihkan terlebih dahulu dan ditanami pohon.Pada malam harinya, acara dilanjutkan dengan hiburan, berupa pertunjukkan kesenian tradisional yang disebut “Ludruk”.

Sementara itu, acara serupa juga digelar di tempat lain tepatnya di desa Kedungmonggo, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang. Pada hari Minggu – Senin, 30 – 31 Maret 2006 acara diawali dengan pertunjukan “ Nyai Putut”, yaitu pertunjukan magis semacam jelangkung dengan perantaraan boneka yang terbuat dari keranjang dan perlengkapan lainnya.Keesokan harinya, diadakan acara “Bersih Desa”. Seluruh warga desa berbondong-bondong menuju sumber mata air yang disebut “Sumber Pucung” sambil membawa sesaji berupa “Nasi Tumpeng”. Sesampai di sumber air tersebut, diadakanlah acara “Do’a Keselamatan” bagi seluruh warga desa. Selanjutnya acara dilanjutkan dengan “Tari Tayub”dan malam harinya diselenggarakan pertunjukkan “Wayang Kulit” semalam suntuk (Kompas, 31 Maret 2006).

4. JENIS TUMBUHAN

Berdasarkan hasil kunjungan ke lokasi-lokasi sumber mata air selama 2 hari (24-25 Juli 2006) penulis mencatat jenis-jenis tumbuhan yang ada di sekitar lokasi sumber air adalah sebagai berikut :

TABEL JENIS TUMBUHAN DI SEKITAR SUMBER AIR

NO

NAMA LOKAL

NAMA ILMIAH

MANFAAT

01.

Beringin

Ficus benyamina

Peneduh

02.

Pohon Lo

Ficus glomerata

Peneduh

03.

Pohon Bulu

Ficus annulata

Peneduh

04.

Gondang

Ficus variegate

Peneduh

05.

Lowing

Ficus hispida

Peneduh

06.

Amplas

Ficus ampelas

Penghalus

07.

Pohon Pule

Plumbago capensis

Jamu

08.

Kemado

Alstonia spolaris

Obat gatal

09.

Bendo

Artocarpus elasticus

Bahan bangunan

10.

Nangka

Artocarpus integra

Buah & bangunan

11.

Keluwih

Artocarpus communis

Sayuran

12.

Kemloko

Phyllanthus emblica

Peneduh

13.

Pohon Trawas

Tetranthera trawas

Jamu & bangunan

14.

Pace ( Kemudu )

Morinda citrifolia

Bahan obat

15.

Pandan

Pandanus tectorius

Pewarna alami

16.

Semangka

Citrulus vulgaris

Buah

17.

Klerak

Sapindus rarak

Bahan pembersih

18.

Pisang

Musa paradisiaca

Buah

19.

Talas

Caladium esculenta

Sayuran

20.

Bambu ori

Bambussa javanica

Bahan bangunan

21.

Asoka

Ixora coccinen

Tanaman hias

22.

Rotan

Calamus javensis

Bahan perabotan

23.

Enceng gondok

Eichornia crassipes

Gulma air

24.

Gayam

Inocarpus edulis

Peneduh

25.

Pinus

Pinus merkussii

Bahan kertas

Sumber : Hasil Lokakarya, 23 – 26 Juli 2006

Berdasarkan hasil diskusi dengan peserta lokakarya, jenis-jenis tanaman di atas selain Pinus ( Pinus merkusii ) semua bermanfaat menyimpan air disamping manfaat yang telah disebutkan di atas. Sebab pada umumnya sumber mata air keluar dari akar tanaman yang telah disebutkan diatas.

5. PENUTUP

Dengan mencermati uraian di atas, maka untuk dapat melestarikan sumber mata air dan hutan kita tidak lepas dari upayamelestarikan kearifan lokal penduduk di sekitar sumber mata air dan hutan serta jenis-jenis tumbuhan yang mampu menyimpan air.Sebab sumber mata air ini merupakan sumber kehidupan bagi semua makhluk hidup di muka bumi ini.

Jumat, 16 Mei 2008


“ TIPS “ BELAJAR BIOLOGI DENGAN MUDAH


Oleh : Mahfud

Guru Biologi SMP YPPI – 2 Surabaya

1. RASIONAL

Pada umumnya, para siswa mengangggap pelajaran Biologi hanya “sebelah mata” saja. Mengapa demikian ? Sebab menurut alasan mereka, asal sering dibaca dan mendengarkan guru pada saat menerangkan di kelas, so pasti beres. Kemudian otomatis nilai Biologipun menjadi bagus. Betulkah demikian ? Sesederhana itukah cara belajar Biologi itu ? Untuk menjawab tidak,rasanya bagi siswa yang pandai faktanya memang benar, namun untuk menjawab ya, bagi siswa yang lain yang jumlahnya justru lebih banyak, ternyata hasilnya kurang bagus, kalau tidak mau dikatakan jelek (Mahfud, 2007 : 6). Lalu timbul pertanyaan, bagaimana cara mempelajari Biologi yang dapat diikuti oleh semua siswa dengan mudah ? Untuk dapat menjawab pertanyaan di atas memang tidak semudah membalik telapak tangan namun diperlukan “cara jitu” untuk dapat belajar Biologi dengan mudah.

2. TIPS BELAJAR BIOLOGI

Untuk dapat belajar Biologi dengan mudah, pertamatama yang harus dilakukan, antara lain adalah :

a. Menumbuhkan Rasa Senang Terhadap Biologi

Cara termudah untuk menumbuhkan rasa senang terhadap Biologi adalah dengan menganggap buku Biologi sebagai buku bacaan yang menyenangkan, misalnya seperti buku cerita Harry Potter atau komik Crayon Sincan, sehingga kemana-mana selalu dibawa dan setiap ada waktu luang dapat dibaca. Disamping itu, untuk menumbuhkan rasa senang terhadap Biologi dapat pula dengan cara mengambil sesuatu yang menarik dari Biologi guna diperkenalkan kepada masyarakat.Misalnya mengambil gambar viruspenyebab penyakit AIDS, yaitu HIV ( Human Immunodeficiency Virus ) yang diperbesar dan disablonkan pada T-Shirt atau mengadakan penelitian di alam terbuka, praktikum di laboratorium dan sebagainya.

b. Secepat Mungkin Menyelesaikan Kesulitan

Bila kita sudah mulai senang dengan pelajaran Biologi, maka secara otomatis kita ingin mendalami Biologi. Namun tidak jarang pada saat kita membaca buku – buku Biologi tersebut terganggu dengan istilah – istilah yang kita belum mengenal atau pengertian – pengertian yang membingungkan. Jika menemukan hal yang demikian, maka segera saja menanyakan jawabannya kepada bapak dan ibu guru Biologi atau kita dapat mencari jawabannya pada kamus Biologi. Sebab bila kesulitan – kesulitan tersebut dibiarkan sampai berlarut – larut maka motivasi kita dalam belajar Biologi akan menurun. Bila hal ini terjadi, maka kita akan menganggap pelajaran Biologi itu sulit.

c. Membaca Secara Keseluruhan (Tuntas)

Bila saat ini kita akan menghadapi ujian, baik UTS maupun UAS maka segera siapkan buku catatan dan buku paket, lalu mulailah membaca bab – bab yang akan diujikan. Bab – bab yang sudah dibaca diberi tanda sehingga seluruh bab yang diujikan sudah terbaca. Pada tahap ini mungkin kita hanya dapat menyerap isinya antara 60 – 70 % atau mungkin di bawah itu, walaupun pernah diajarkan. Namun hal itu tidak menjadi masalah, sebab kita sudah mengetahui secara keseluruhan materi yang harus kita kuasai.

d. Pendalaman Masing – Masing Bab

Untuk dapat mendalami masing – masing bab dalam Biologi, ternyata tiap – tiap bab mempunyai karakteristik tersendiri cara pendalamannya. Contoh bab yang membahas Genetika (Pewarisan Sifat), pendalaman yang tepat adalah dengan cara sering mengerjakan latihan soal – soal, sebab didalamnya banyak dasar – dasar Matematika yang digunakan.Untuk bab – bab yang menekankan segi hafalan dan banyak menggunakan nama – nama latin, pendalaman yang pas adalah dengan mencoba menuliskan kembali nama – nama latin tersebut secara berulang – ulang sampai benar – benar hafal. Sedang untuk bab – bab yang menekankan proses dan letak, misalnya anatomi dan fisiologi (struktur dan fungsi) tubuh manusia, pendalaman yang paling mudah adalah dengan membuat “main mapping” atau bagan (sketsa) boleh juga gambar yang memudahkan proses dan letak sesuatu bab tersebut. Sebab dengan sekali melihat “main mapping” atau bagan (sketsa) atau juga melihat gambar dapat melebihi seribu kata – kata sebagai penjelasan.

e. Menghubungkan antara Bab Satu dengan Bab yang lain dan dengan disiplin ilmu yang lain

Setelah kita mendalami masing – masing bab, maka selanjutnya menghubungkan antara bab satu dengan bab lain yang saling berkaitan. Sebab ada bab yang menjadi prasyarat bab yang lain.Contohnya, kita akan kesulitan belajar Bioteknologi bila sebelumnya kita belum belajar Genetika (Pewarisan Sifat), Biologi Sel, Kimia,Reproduksi, sebab ilmu –ilmu tersebut mendasari untuk belajar Bioteknologi. Disamping itu, perlu juga dihubungkan dengan disiplin ilmu yang lain, misalnya untuk dapat belajar Evolusi dengan baik, maka kita harus belajar Sejarah, Geologi, danAnthropologi begitu seterusnya sehingga bab yang telah kita pelajari terdahulu tidak mudah lupa. Selain itu juga meyakinkan kita bahwa belajar Biologi mempunyai makna yang sangat luas.

f. Membuat “Jembatan Keledai” dan “Main Mapping”

Otak kita ibarat mesin perekam yang mempunyai “keterbatasan”. Oleh sebab itu, bila terlalu banyak informasi yang masuk, apalagi tidak teratur, maka jika sewaktu – waktu kita ingin “memanggil” akhirnya akan kesulitan. Untuk menghindari hal tersebut, maka informasi yang kita peroleh dari membaca harus kita atur sedemikian rupa sehingga memudahkan kita mengingat. Caranya dapat dengan membuat “jembatan keledai”, contoh untuk mengingat persebaran hewan Indonesia bagian tengah ( garis Alfred Russel Wallacea ), yaitu Komodo, Tapir, Babirusa, dan Anoa dapat dibantu dengan kalimatKota Barua”. Contoh lain, misalnya untuk mengingat tahap – tahap pembelahan sel secara Meiosis khususnya pada tahap Profase I adalah Leptoten, Zygoten, Pakiten, Diploten, dan Diakinesis dapat dibantu dengan kalimat “ Lezy Pak Didik “ begitu dan seterusnya. Cara membuat “jembatan keledai “ ini terserah kita yang penting apa yang harus kita ingat itu dapat segera dimunculkan kembali.

Disamping membuat “jembatan keledai” masih ada lagi cara membuat kita mudah ingat, yaitu dengan cara membuat “main mapping” atau peta pikiran alias peta konsep. Agar dapat membuat “main mapping” dengan baik, pada saat membaca harus dapat membedakan mana yang termasuk bagian inti (ide pokok) dan yang mana bagian pelengkap (fakta pendukung). Bila kita sudah mahir membedakan dua hal tersebut, maka kita akan mudah membuat “main mapping” (peta konsep). Dengan cara kita membuat “main mapping” ini, masalah yang sulit dapat dibuat mudah dan materi yang banyak dapat dibuat menjadi sedikit. Dengan demikian otak kita menjadi lebih mudah mengingat.

3. PENUTUP

Tips belajar Biologi di atas baru bermanfaat manakala kita laksanakan dengan kesungguhan hati disertai niat dan motivasi tinggi, penuh konsentrasi, dilakukan secara teratur (kontinyu) dan harus sering diulang. Jika cara – cara di atas kita laksanakan sebaik – baiknya , maka kita akan tercengang melihat hasilnya. Selamat mencoba dan semoga berhasil. (mahfudyppi@yahoo.com).

Kamis, 15 Mei 2008



ADIWIYATA CERMIN SEKOLAH PEDULI DAN BERBUDAYA LINGKUNGAN


Oleh : Mahfud

Guru Biologi SMP YPPI – 2 Surabaya

1. Rasional

Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk suatu negara, maka semakin banyak pula Sumber Daya Alam (SDA) yang digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Bila hal ini berlangsung terus menerus dari generasi ke generasi, maka suatu saat nanti daya dukung lingkungan untuk mencukupi kebutuhan SDA di atas tidak akanmencukupi dan akhirnya akan mengancam kehidupan manusia itu sendiri. Menyadari akan pentingnya hal tersebut, maka Pemerintah Kota Surabaya melalui Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) Kota Surabaya bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Kota Surabaya mengadakan kegiatan Penyuluhan Lingkungan Hidup kepada guru dan siswa di lingkungan kota Surabaya mulai tingkat SD, SMP, dan SMA atau yang sederajat baik negeri maupun swasta yang berlangsung untuk guru pada tanggal 24 – 25 Pebruari 2007 dan untuk siswa pada tanggal 7 – 8 Juli 2007. Kegiatan penyuluhan tersebut diadakan di Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH), Seloliman, Trawas, Mojokerto yang sebelumnya para wakil peserta dari masing –masingsekolah tersebut diajak berkunjung dan berdialog langsung dengan sekolah yang telah peduli dan berbudaya lingkungan.Dengan adanya kegiatan di atas diharapkan baik guru maupun siswa yang telah mengikuti kegiatan tersebut dapat menjadi motivator di lingkungan sekolahnya masing-masing sehingga ke depan sekolah tersebut akan menjadi “ Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan “ atau sekolah tersebut telah mengikuti program Adiwiyata.

2. Adiwiyata

Adiwiyata berasal dari 2 kata dalam bahasa Sansekerta, yaitu “ADI” dan “WIYATA”. Adi bermakna besar, agung, baik, ideal atau sempurna sedang Wiyata, berarti tempat seseorang untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, norma, etika dalam kehidupan sosial.Jadi bila 2 kata tersebut digabung makna Adiwiyata adalah tempat yang baik dan ideal untuk memperoleh ilmu pengetahuan, norma, dan etika yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup menuju cita – cita pembangunan yang berkelanjutan (www.menlh.go.id, 12 Juli 2007). Tujuan Program Adiwiyata ini adalah untuk menciptakan kondisi yang ideal bagi sekolah sebagai tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah (guru, siswa ) sehingga nantinya sekolah tersebut dapat bertanggung jawab dalam upaya penyelamatan lingkungan hidup dan pembangunan yang berkelanjutan.Sedang kegiatan utama program Adiwiyata ini adalah mewujudkan Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan (SPBL).Disamping itu, program ini juga mengembangkan norma dasar, antara lain : Kebersamaan, Keterbukaan, Kesetaraan, Kejujuran, Keadilan, dan Kelestarian Lingkungan Hidup.Sementara itu, prinsip dasar program Adiyiwata ini ada 2, yaitu : Pertama, Partisipatif, artinya setiap kegiatan harus melibatkan seluruh warga sekolah mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai,evaluasi sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya masing – masing.Kedua, Berkelanjutan, artinya seluruh kegiatan harus dilakukan secara terencana dan terus menerus. Khusus bagi sekolah yang telah mengikuti program Adiwiyata ini mempunyai beberapa keuntungan, antara lain : meningkatkan efisiensi dalam penggunaan sumber dana dan daya, meningkatkan suasana belajar lebih nyaman (confortable) dan lebih kondusif, meningkatkan kebersamaan semua warga sekolah (siswa, guru dan karyawan), menumbuhsuburkan nilai-nilai pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan hidup, menghindari adanya dampak negatif dari lingkungan, serta mendapatkan penghargaan Adiwiyata dari Menteri Lingkungan Hidup (Johny P. Kusumo, 2007 : 5).

3. Kriteria Penilaian

Menurut kepala Badan Penanggulangan Lingkungan Hidup (BPLH) Pemerintah Kota Surabaya, Togar Silaban, ada 4 kriteria penilaian sekolah yang berhak mendapat penghargaan Adiwiyata, yaitu : pertama, pengembangan kebijakan sekolah (40 %), kedua, pengembangan kurikulum berbasis lingkungan (30%), ketiga, pengembangan kegiatan berbasis partisipatif (20%), keempat, pengembangan sarana pendukung sekolah (10 %) (www.surabaya.go.id, 26 Maret 2007). Selanjutnya masing-masing kriteria dijabarkan, misalnya untuk pengembangan kebijakan sekolah yang diperlukan, antara lain : punya visi dan misi sekolah yang terkait dengan aspek lingkungan hidup, telah ada materi lingkungan hidup dalam pembelajaran di sekolah, telah ditunjuk petugas khusus dibidang lingkungan hidup bagi sekolah tersebut, ada penghematan dalam menggunakan Sumber Daya Alam (air, listrik, ATK), telah ada upaya sekolah dalam mendukung terciptanya lingkungan sekolah yang bersih dan sehat, adanya pengalokasian dana bagi sekolah untuk kegiatan lingkungan hidup.Kemudian untuk pengembangan kurikulum berbasis lingkungan yang diperlukan antara lain : adanya pengembangan model pembelajaran lingkungan hidup lintas mata pelajaran,adanya penambahan materi lingkungan hidup yang sedang hangat dibicarakan oleh masyarakat misalnya,dampak negatif lumpur Lapindo,adanya penambahan materi lingkungan hidup yang berkaitan dengan budaya masyarakat, adanya kegiatan kurikuler sekolah yang berupa aksi nyata yang bertema lingkungan hidup, adanya pengembangan materi lingkungan hidup yang berkaitan dengan isu global.Sedang untuk pengembangan kegiatan berbasis partisipatif yang diperlukan antara lain : adanya kegiatan baik kurikuler maupun ekstrakurikuler yang mendukung pendidikan lingkungan hidup sekolah, adanya kegiatan lingkungan hidup yang diprakarsai sekolah telah melibatkan masyarakat sekitar, adanya keikutsertaan sekolah pada kegiatan lingkungan hidup yang diselenggarakan oleh pihak luar, misalnya kegiatan penyuluhan yang diadakan oleh BPLK, adanya kerjasama sekolah dengan pihak luar dalam pengembangan pendidikan lingkungan hidup.Selanjutnya, untuk pengembangan sarana pendukung sekolah yang diperlukan, antara lain : adanya pemanfaatan sarana pendukung sekolah sebagai media pembelajaran lingkungan hidup, adanya pengelolaan sarana pendukung dan fasilitas sekolah yang ramah lingkungan, adanya upaya pengelolaan fasilitas sanitasi dalam menunjang kebersihan dan kesehatan lingkungan sekolah, adanya upaya penghematan Sumber Daya Alam (SDA), misalnya dalam pemakaian air, listrik, alat tulis kantor, adanya upaya peningkatan pelayanan kantin sekolah dalam menunjang pengelolaan lingkungan sekolah yang sehat, dan adanya upaya pengelolaan sampah dalam menunjang kebersihan dan kesehatan lingkungan sekolah.

4. Penutup

Dengan mencermati uraian di atas maka untuk menjadi Sekolah Peduli dan Berbasis Lingkungan kita dapat mengacu pada kriteria penilaian serta penggerak utamanya adalah wakil siswa dan guru yang telah mengikuti penyuluhan lingkungan hidup yang diselenggarakan oleh Badan Penanggulangan Lingkungan Hidup yang bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Kota Surabaya sehingga ke depan diharapkan Surabaya bukan saja menerima Adipura, namun juga banyak sekolah di Surabaya yang mendapat penghargaan Adiwiyata. Semoga. (mahfudyppi@yahoo.com)