Selasa, 03 Januari 2012

MENGAPA MAYORITAS IKAN DI SUNGAI BRANTAS BERJENIS KELAMIN BETINA ?



Oleh : Mahfud

Guru Biologi SMP YPPI – 2 Surabaya

1. Rasional

Berdasarkan hasil penelitian Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) yang bekerjasama dengan Perum Jasa Tirta I Jawa Timur pada bulan Juli – Agustus 2011, ditemukan bahwa sebagian besar ikan di sungai Brantas, termasuk anak sungainya,yaitu sungai Mas (Surabaya) dan sungai Porong (Sidoarjo) berjenis kelamin betina (Kompas, 24 Oktober 2011). Sebagai contoh, sungai Surabaya di wilayah Karangpilang, dari 44 ekor ikan yang terjaring, ternyata 37 ekor (84 %) berjenis kelamin betina, sedang di wilayah Gunungsari, dari 64 ekor ikan yang tertangkap, ternyata 42 ekor (66 %) ikan berjenis kelamin betina.Sementara itu, kota-kota lain di Jawa Timur yang dilalui sungai Brantas seperti Kediri, Kertosono, Jombang, Mojokerto, Gresik dan Sidoarjo, dari 410 ekor ikan yang diperoleh , ternyata 337 ekor (82 %) berjenis kelamin betina. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah, mengapa mayoritas ikan di sungai Brantas berjenis kelamin betina ? Pertanyaan berikutnya adalah pelajaran apakah yang dapat di petik dari kejadian di atas ?

2. Zat Estrogenik

Menurut Profesor Win Darmanto,M.Si., Ph.D., Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, Surabaya pada jenis vertebrata ( hewan bertulang belakang ), termasuk ikan pada awal embrio secara alami berkembang ke jenis kelamin betina. Individu tersebut akan berubah menjadi jantan jika ada hormon testosteron. Namun dalam perkembangannya bila lingkungannya banyak mengandung zat estrogenik ( zat yang kandungannya mirip hormon kelamin betina), individu ini akan berjenis kelamin betina walaupun kromosomnya jantan. Peristiwa seperti inilah yang disebut Perubahan Jenis Kelamin Suatu Individu ( Sex Reversal ). Zat estrogenik ini bisa alami maupun buatan, yang alami misalnya limbah pertanian, berupa sisa-sisa tanaman, kotoran hewan / manusia dan urin hewan / manusia. Sedang estrogenik buatan, misalnya limbah sisa pupuk ,limbah rumah tangga berupa sabun dan detergen.

3. Indikator Pencemaran

Munculnya fenomena perubahan jenis kelamin (sex reversal) pada ikan ini merupakan salah satu adanya indikator pencemaran sungai Brantas beserta anak sungainya.Sebagai bukti, beberapa jenis ikan di bawah ini pada tahun 2009 masih ada, namun saat penelitian ini dilakukan (2011) sudah tidak ditemukan lagi, misalnya ikan Arengan (Murcillus zhysosphakadion), ikan Bloso atau Betutu (Oxyeleotris marmorata), ikan Palung alias Hampala (Hampala macrolepidota), dan ikan Jambal (Pangasius suchi). Selain itu, hasil penelitian tim dari Universitas Brawijaya Malang yang dilakukan pada tahun 1997 mendapatkan jenis ikan sebanyak 50 spesies sedang hasil penelitian dari Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan basah (Ecoton) saat ini (2011) menghasilkan jenis ikan hanya 30 spesies, berarti selama kurun waktu 14 tahun, keanekaragaman jenis ikan di sungai Brantas telah berkurang sebanyak 20 spesies (40 %).

4. Teknik Jantan Mandul

Lalu timbul pertanyaan, apa hubungan antara keseimbangan jenis kelamin dengan kelestarian suatu makhluk hidup ? Dalam bidang Pertanian , kita kenal istilah sistem pemberantasan hama secara Teknik Jantan Mandul (steril), yaitu dengan cara mengambil beberapa contoh hama jantan lalu diradiasi di laboratorium hasilnya hama jantan tersebut memang masih hidup, namun setelah dikembalikan ke habitat aslinya dan kawin dengan hama betina maka hama tersebut tidak mempunyai keturunan.Bila hal ini berlangsung dari generasi ke generasi maka akhirnya akan punah.Sebagai gambaran adalah penelitian yang dilakukan oleh Siti Nurhayati dari Batan ( Badan Tenaga Atom Nasional) di Bandung. Menggunakan sample hama sebanyak 1.000.000 ekor kemudian beberapa hama jantan di radiasi, pada F – 1 ( generasi I ) tinggal 26.316 ekor, pada F – 2 (generasi II) tinggal 1.907 ekor, pada F – 3 (generasi III) tinggal 10 ekor dan pada F – 4 (generasi IV) akhirnya nol / habis (www.batan.go.id, 30 Oktober 2011).Bila Teknik Jantan Mandul ini pada F-4 (generasi IV) mengalami kepunahan (habis), maka tidak menutup kemungkinan ikan-ikan yang di sungai Brantas juga akan mengalami nasib serupa. Bagaimana menurut anda ?